Kue Khas Lebaran Idul Fitri Tradisi Ibu Moyang

     

kue khas lebaran idul fitri

Kue Khas Lebaran Idul Fitri Tradisi Ibu Moyang

Kue khas lebaran Idul Fitri merupakan warna tersendiri bagi perayaan Idul Fitri di Indonesia. Kue khas lebaran ini biasanya juga hanya dijual saat menjelang Idul Fitri. Hampir setiap rumah selalu ada kue lebaran saat Idul Fitri. Ada yang membuat kue lebaran sendiri, ada juga yang membelinya di toko. Seperti halnya masyarakat Indonesia lainnya, keluargaku juga biasanya menyuguhkan kue lebaran di meja-meja pada saat Idul Fitri. Kue itu dibuat sendiri oleh ibuku. Oleh karena itu, tulisan ini kuberi judul “Kue Khas Lebaran Idul Fitri Tradisi Ibu Moyang”. Mengapa ibu moyang, bukan nenek moyang? Karena resep ini turun temurun baru dari ibu, bukan dari nenek atau jaman baheula. Yah, frasanya jadi kurang tepat sih. Namun, aku tetap memaksanya.

Sebenarnya kue khas lebaran tradisi ibu moyang ini sama dengan kue kering lebaran pada umumnya. Hanya saja resepnya yang berbeda. Reseplah yang membuat cita rasa makanan menjadi berwarna meskipun makannnya sama. Iya, kan?

Kue khas lebaran ini juga kusebut tradisi karena sejak sebelum aku lahir hingga sekarang, kue kering lebaran buatan ibu tak pernah absen di meja tamu. Jenis kuenya juga selalu sama dari tahun ke tahun. Begitu juga bentuknya. Ibu sudah membuat resep ini sejak sebelum menikah, sejak masih tinggal di rumah almarhum kakek-nenekku. Bahkan, dulu saat lebaran, pernah kue buatan ibu habis sementara tamu kakek dan nenek belum habis. Akhirnya ibu membuat lagi kue kering tersebut untuk mengisi toples yang kosong. Hmm... laris juga ya karya Ibuku. Seenak itu ya, Bu? Hehe. Tapi memang enak sih, apalagi kastengelnya. Lain lagi kalau aku yang membuatnya. Duh, alamat gagal jadi penerus kalau begini sih.

Ibu masih melanjutkan tradisi pembuatan kue lebaran ini sampai sekarang. Setelah aku mulai sedikit agak ndolor (baca: ngotak dikit) dan cukup bisa dipercaya omongan dan kelakuannya, Ibu mulai mengajarkan resep ini kepadaku. Widih... generasi penerus nih (sambil kipas-kipas. Gak deng, biasa aja). Apakah aku akan melanjutkan tradisi kue kering lebaran ini? Biar waktu yang akan menjawabnya. Duh, kok jadi melankolis ya.

Kue Kering Khas Lebaran Homemade

Beberapa orang membuat sendiri kue-kue lebaran di rumah. Resep-resep kue lebaran kini sudah banyak tersebar di berbagai media dan semakin mudah diakses secara bebas. Kurasa mencari resep kue lebaran bukan hal yang sulit. Akan tetapi, menemukan kecocokan resep bukan hal yang mudah.

Begitu pula Ibuku. Ibuku pertama kali menemukan resep ini dari ebuah majalah. Ibu lalu membuat kue sesuai dengan resep. Percobaan tidak langsung berhasil. Kata ibu, pernah kue kering itu bisa untuk melempari maling karena seperti batu -keras dan hitam karena gosong. Ibu pun mencobanya kembali. Meski kue tak lagi gosong, ternyata rasanya tak cocok di lidah. Ibu pun mencoba kembali resep dengan memodifikasi takaran bahannya. Setelah melalui berbagai trial and error, akhirnya resep yang cocok pun ditemukan. Sampai sekarang Ibu menggunakan takaran resep tersebut.

Resepnya baiknya kubagi tidak ya? Kapan-kapan saja lah ya, tapi gak janji lho.

Nastar, kastengel, dan kue kacang. Kue-kue inilah yang selalu ada saat Idul Fitri. Ada beberapa kue tambahan yang kadang jadi pelengkap, seperti putri salju, kue semprit, tumb print, atau kue coklat. Namun, kue pelengkap itu tak selalu ada. Bergantian saja sesuai selera atau trend. Yang penting, tiga jenis kue utama itu pasti ada.

Nastar

Ada dua model nastar khas buatan ibu moyang. Pertama berbentuk keranjang, yang kedua berbentuk seperti labu dengan tangkai cengkih di atasnya. Dua model nastar ini wajib ada dan bentuknya juga selalu sama.

nastar cengkih yang baru diangkat dari oven

Nastar ini menggunakan bahan-bahan yang tidak jauh berbeda dengan nastar lain yaitu margarin, roombutter, gula, tepung, dan selai nanas homemade untuk isian. Jika selai nanas habis kadang-kadang mengggunakan selai lain, seperti selai stroberi misalnya.

Nastar ini dicetak dengan cetakan kecil yang berbentuk mirip dengan cetakan pie. Agar tidak lengket dan mudah diambil, diperlukan selembar plastik kecil untuk mengalasi cetakan.

Pada nastar cengkih, plastik berfungsi untuk membentuk bulatan kue.

Tak lupa olesan kuning telur sebelum dipanggang agar roti tidak pucat.

nastar keranjang fresh from the oven

Sweet Kastengel

kastengel yang disimpan di dalam wadah

Apa bedanya sweet kastengel dengan kastengel biasa? Sebenarnya sama saja kok. Sweet kastengel hanya istilah asal sebut karena resep nastar ini diberi tambahan gula. Resep nastar umumnya tanpa gula. Karena Ibu tidak cocok dengan nastar full asin, jadi Ibu memberi tambahan sedikit gula dalam resep nastar agar rasanya tidak melulu asin. Jadilah sweet kastengel alias nastar manis. Menurutku juga nastar manis lebih enak daripada nastar tanpa gula. Gulanya tidak banyak kok dan sebenarnya juga tidak manis. Tapi namanya kastengel tetap saja kalorinya tinggi sih.

[kastengel dengan taburan keju parut yang sudah disimpan di kontainer]

Kue Kacang

kue kacang homemade berbentuk hati

Meski tidak identik dengan kue lebaran, kue kacang juga kerap terlihat di antara jejeran kue lebaran lainnya di meja. Begitu juga di rumahku, kue kacang merupakan salah satu kue lebaran yang selalu ada. Jika nastar dan kastengel bentuknya selalu sama, kue kacang bentuknya berubah-ubah. Kadang-kadang berbentuk hati, kadang-kadang berbentk bulan sabit, kadang-kadang berbentuk biji kenari.

Begitulah cerita tentang kue kering khas lebaran tradisi ibu moyang. Ah, tulisan was wes wos gini ujung-ujungnya cuma pamer kue tanpa bagi-bagi. Eh, tapi kalau teman-teman mau mencicipi kue-kue tadi boleh kok, silakan datang ke rumah. Bebas mencicipi selama persediaan masih ada, hehe.

Apakah teman-teman juga membuat kue lebaran? Apa kue lebaran favorit kalian?

****

Tulisan ini diikutkan Ramadan Challenge dari Blogger Perempuan Network. Info lebih lanjut tentang challenge ini bisa dilihat di akun instagram atau situs web Blogger Perempuan.